Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan peluncuran program pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit pada Senin, 6 Mei 2024 di halaman RS Anak dan Bunda Harapan Kita, kawasan Palmerah, Jakarta Barat.
Kementerian Kesehatan membuka enam progran di rumah sakit penyelenggara pendidikan utama. Enam program studi kedokteran spesialis di enam rumah sakit penyelenggara pendidikan utama tersebut yakni spesialis mata, jantung, anak, saraf, orthopedi, dan ongkologi.
Jokowi menyoroti pentingnya infrastruktur kesehatan negara dalam jangka panjang. Presiden menyebut banyak teknologi yang dikirim ke provinsi, kabupaten, dan kota. Namun dokter spesialis masih kurang.
"Harus ada trobosan. Kita harus membuat terobosan," kata Jokowi dalam sambutannya. "Bonus demografi 10, 15 tahun ke depan akan percuma kalau kesehatannya tidak baik."
Kepala negara mencatat, Indonesia baru bisa meluluskan 2700 dokter spesialis pertahun. Namun 59 persen distribusinya masih di pulau Jawa. Sementara pemerintah membutuhkan 29 ribu dokter spesialis.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangannya melalui Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes di Jakarta, Sabtu 4 Mei, mengatakan pembukaan prodi ini sebagai upaya memecahkan persoalan akut terkait pemenuhan rasio kebutuhan dokter spesialis di Indonesia.
Budi mengatakan program tersebut akan memprioritaskan dokter-dokter putra daerah sebagai peserta pendidikan dokter spesialis di rumah sakit pendidikan.
Ada enam rumah sakit pendidikan yang dimaksud yakni RS Mata Cicendo, RS Ortopedi Soeharso, RS Pusat Otak Nnasional (PON), RS Kanker Dharmais, RSAB Harapan Kita, dan RSJPD Harapan Kita.
Jumlah dokter spesialis di Indonesia saat ini berkisar 48.785 orang yang mayoritasnya terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Sejumlah wilayah dengan jumlah dokter spesialis kurang dari 100 orang adalah Provinsi Papua Barat nol dokter spesialis, Maluku Utara 98 dokter spesialis, dan Sulawesi Barat 85 dokter spesialis.
No comments:
Post a Comment