Kerja sama ekonomi juga menjadi bahasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Tiongkok Wang Yi di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin (18/4).
Secara garis besar, Jokowi menyampaikan sejumlah pesan. Pertama, seperti yang dijelaskan Menlu Retno Marsudi yang turut mendampingi presiden, peningkatan volume perdagangan yang lebih seimbang antara kedua negara. Jakarta juga berharap produk Indonesia bisa mendapat akses lebih besar ke pasar Negeri Panda.
”Hal lain masih di dalam bidang kerja sama ekonomi, Bapak Presiden mendorong kerja sama pembangunan di IKN (Ibu Kota Nusantara), termasuk untuk moda transportasi. Bapak Presiden juga mendorong implementasi proyek strategis di kawasan industri Kaltara (Kalimantan Utara), khususnya untuk investasi di bidang petrokimia,” ujar Retno.
Pembahasan lain tentang masalah ketahanan pangan. Indonesia ingin mempelajari model pertanian Tiongkok.
Selain kerja sama ekonomi, lanjut Retno, dibahas pula situasi di Timur Tengah. Presiden menekankan, tidak ada pihak yang ingin melihat eskalasi. Indonesia pun terus melakukan komunikasi diplomatik dengan berbagai pihak, termasuk Iran dan Amerika Serikat.
”Bapak Presiden juga menyampaikan keyakinannya bahwa Tiongkok juga akan menggunakan pengaruhnya agar eskalasi dapat dicegah,” kata Retno.
Sementara itu, Tiongkok juga menekankan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina melalui solusi dua negara atau two-state solution. Kedua negara memiliki posisi yang sama dalam mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB.
Sebelum bertemu dengan Jokowi, Wang Yi melakukan pertemuan bilateral dengan Retno. Sejumlah hal penting menjadi pembahasan kedua Menlu.
Dalam hubungan kedua negara, kedua pihak sepakat memperkokoh kerja sama yang saling menguntungkan. ”Di bidang ekonomi, Tiongkok adalah salah satu mitra penting Indonesia,” ungkap Retno.
RRT diketahui merupakan mitra dagang terbesar bagi Indonesia dengan volume perdagangan lebih dari USD 127 miliar. RRT juga merupakan salah satu investor asing terbesar dengan nilai investasi lebih dari USD 7,4 miliar tahun lalu.
Karena itu, ada beberapa fokus kerja sama investasi yang akan terus diperkuat. Di antaranya, di bidang hilirisasi industri, pembangunan infrastruktur, manufaktur, transisi energi, serta ketahanan pangan.
No comments:
Post a Comment